Berita 2010

Februari 2010

Danau Tondano Terancam Kering

Sumber: http://www.antaranews.com/3 Februari 2010

Manado (ANTARA News) – Danau Tondano yang berada di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), terancam dangkal atau kekeringan, karena kurangnya penanggulangan lingkungan dari pemerintah dan masyarakat.

“Masyarakat terkesan kurang serius menangani persoalan di Danau Tondano yang bisa berakibat penurunan debit air secara signifikan,” kata Kepala Badan Pengelolah Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Tondano, Widiasmoro Sigit, di Manado, Rabu.

Menurutnya, setiap tahun debit air danau itu turun sekitar 40 hingga 50 centimeter (cm) dan bisa kering 15 hingga 20 tahun mendatang.

Kondisi Danau Tondano diperparah dengan ancaman pemanasan global, tidak adanya penghijauan, meningkatnya aktifitas masyarakat, pembalakan liar, kebakaran, konversi hutan, pertambangan golongan C yang mengakibatkan erosi dan sedimentasi.

“BP DAS Tondano hanya menangani persoalan di aliran sungai dari Danau Tondano, tetapi merasa prihatin dengan kondisi Danau yang saat ini terjadi degradasi,” katanya.

Akibat degradasi lingkungan di danau itu, kedalaman danau menjadi sekitar 20 meter dari permukaan, padahala pada 1934 dalamnya mencapai 40 meter, sedangkan tahun 1983 sekitar 27 meter.

Anggota DPRD Sulut Steven Kandouw mengaku prihatin dan berharap pemerintah daerah menghijaukan kembali pesisir danau itu.

Menurutnya, Danau Tondano memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, seperti menyuplai air bersih ke Perusahaan Air Minum di Minahasa, Minahasa Utara serta Kota Manado, menjadi media budidaya ikan tawar, pembangkit listrik Tanggari dan Tonsea serta pariwisata.(*)

Maret 2010

Produksi Ikan Danau Tondano 1.234 Ton

TRIBUN MANADO – Jumat 12 Maret 2010

Sumber: http://jaton.forummotion.com/

Produksi ikan dari Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), selama 2009 mencapai 1.234 ton.

Produksi ikan di danau tersebut mencapai 87 persen dari total produksi ikan air danau Sulut pada 2009 sebanyak 1.420,9 ton,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut Xandramaya Lalu di Manado, Jumat (12/3/2010).

Ia mengatakan potensi ikan di danau tersebut masih memungkinkan ditingkatkan melihat potensi sumber daya alam yang cukup bagus.

Danau Tondano dapat menjadi sumber produksi perikanan Sulut, karena itu keberadaannya perlu dioptimalkan oleh pemerintah daerah.

Produksi ikan sebanyak 1.420 ton pada 2009, kata Xandramaya, terdapat di empat kabupaten/kota, masing-masing Kabupaten Minahasa 1234,1 ton, Bolaang Mongondow 78,4 ton, Bolaang Mongondow Timur 78,4 ton, dan Minahasa Selatan 30 ton.

Max Korengkeng, warga di kawasan Danau Tondano yang saat ini menjadi pedagang ikan betutu, mengatakan potensi ikan di danau ini sangat tinggi.

“Ikan betutu merupakan ikan yang paling tinggi harga jualnya dibandingkan jenis ikan lainnya, sehingga perlu terus dibudidayakan,” kata Max.

Prospek pasar ikan betutu sangat baik, beberapa negara di kawasan Asean dan Asia Timur menyukai ikan jenis ini.

April 2010

Penyebaran EG Tak Terkontrol Perekonomian Masyarakat Pesisir Danau Terancam Lumpuh

Sumber: http://berita.suaramanado.com/ 21 April 2010

Pertumbuhan Enceng Gondok (EG) atau dalam bahasa latin Euchornia Crassipes di danau Tondano membeludak. Penyebaran EG yang mulai tidak terkontrol ini menyebabkan aktivitas rutin perikanan masyarakat sekitar danau Tondano kian memperihatinkan.

Pertumbuhan EG yang hanya memerlukan proses yang cukup singkat kini mulai menutupi sejumlah jaring apung yang diusahakan oleh nelayan setempat,, sebagai wahana peternakan ikan. Kondisi yang sangat memprihatinkan terpantau jelas diwilayah kecamatan Kakas, kecamatan Eris dan sebagian wilayah kecamatan Remboken. “Hampir seluruh wilayah sudah ditutupi EG, rupanya proses pengangkatan EG harus rutin dilaksanakan, jika hanya sementara malahan dapat memicu pertumbuhan yang lebih besar lagi,” kata Petrus Kawet warga desa Ranomerut Kecamatan Eris.

Selanjutnya menurut om Buang sapaan akrabnya, jika kondisi ini terus dibiarkan begitu saja maka jangan heran pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir danau yang hanya tergantung dari hasil danau ini bakal mengalami kemunduran.”Tolong pemerintah Kabupaten dengar akang ini keluhan, kalo perlu pak Gubernur le musti datang bantu akang kong cari akang solusi yang tepat dan jitu,” ungkapnya.

Sementara itu Landy Mamanua tokoh masyarakat di kecamatan Eris mengaku kesulitan dengan pertumbuhan EG yang mengganggu kegemarannya melakukan penyelaman sambil menangkap ikan di Danau Tondano. “EG sangat mengganggu sehingga aktifitas menyelam (bajubi –red) terganggu. Menurut Runturambi, program Pemkab Minahasa dalam melakukan penganggkatan rutin dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat Minahasa sudah tepat, dalam mencegah populasi EG bertambah namun sebaiknya Pemkab perlu bekerjasama dengan sejumlah daerah di Indonesia yang sudah berpengalaman dalam mengantisipasi EG, malah dapat dijadikan bahan kerajinan, pakan ternak dan bahan baku pupuk. “Tentunya sebagai masyarakat Minahasa kami akan turut serta dalam berpartisipasi dengan program pemerintah tersebut, jadi tu anggota dewan juga jangan cuma studi banding masalah pemerintahan, masalah EG juga perlu,” sembur Mamanua yang mengaku aktif dengan kegiatan penganggkatan EG dikecamatan Eris.

Pemerintah Kabupaten Minahasa melalui Kepala Bagian Humas, Vicky Christian Tanor, Spi, Msi mengatakan bahwa usaha untuk membasmi EG dari danau Tondano terus diupayakan oleh Pemkab Minahasa, Bahkan saat ini Pemkab telah berupaya melakukan koordinasi agar bekolaborasi dengan pihak akademisi dalam rangka mengantisipasi penyebaran EG. “kami mohon masyarakat terus bekerjasama, agar supaya permasalah EG ini dapat bisa teratasi,” kata Tanor. Laporan: Raynold Loing

Juni 2010

DANAU TONDANO : Pembangunan 3 dermaga bakal teranggar di APBD-P

Sumber : Swara Kita, 07 Juni 2010

Sumber:http://www.minahasa.go.id/

Tondano – Pemkab Minahasa bakal mem-bangun sarana transpor-tasi di Danau Tondano, berupan 3 buah dermaga sebagai fasilitas penu-njang. Pembangunan ini rencananya akan diang-garkan pada APBD Peru-bahan (APBD-P).

“Mengenai anggaran pembangu-nan dermaga tersebut, akan dikoordinasikan de-ngan instansi terkait dan ini harus mendapatkan duku-ngan dari dewan untuk dapat ditata pada APBD perubahan,” ujar Kadis Perhubungan Komunikasi dan Informatika Minahasa SJ Sumarauw SH Jumat (4/6) kemarin.

Sumarauw memastikan, dengan dibangunnya dermaga ini akan mempermudah warga pinggir Danau dan warga masyarakat pada umumnya untuk melakukan aktifitas. “Bakal dibangunnya fasi-litas dermaga ini, untuk memudahkan warga dalam beraktifitas dengan tujuan untuk mendekatkan jarak sehingga dapat menghe-mat waktu,” terang Sumarauw.(esel)

PENANGANAN ECENG GONDOK

Swara Kita Manado, 15 Juni 2010

Sumber:http://www.minahasa.go.id/

Tondano. Ikan koan yang diyakini bisa me-makan Eceng Gondok, menjadi salah satu solusi untuk membasmi Eceng Gondok (EG) yang tumbuh subur di danau Tondano.

Untuk itu rencana ke-depan Pemkab Minahasa kemnungkinan besar akan menganggarakan dana untuk mendatangkan ikan koan ini dan akan dilepas di Danau Tondano. “Kita akan berupaya untuk men-angani masalah eceng gon-dok ini dan akan diko-ordinasikan lagi untuk mendatangkan ikan koan ini, dan akan dipikirkanb kembali untuk anggaran-nya yang akan dimasukan pada Anggaran Belanja Tambahan (ABT),” ujar Bupati Minahasa Drs Stefanus Vreeke Runtu, saat pelaksanaan Ibadah syukur atas diraihnya Adipura, belum lama ini.

Lebih lanjut, Bupati Minahasa SVR – sebutan akrab Runtu, meminta perhatian daripada para nelayan agar saat ikan koan ini dilepas di Danau Tondano tidak ditangkap. “Jadi ikan-ikan ini saya harap tidak ditangkap oleh para nelayan, agar mereka bisa memakan eceng gondok yang ada di Danau, dan berdasarkan penelitian memang untuk membasmi eceng gondok melalui ikan koan ini memerlukan waktu yang cukup lama. Tapi kita berharap ini bisa menjadi salah satu solusi untuk penanganan eceng gondok ini,” tandas SVR.(esel)

Pemkab Minahasa Setengah Hati Tanggulangi Krisis Danau Tondano

Sumber: http://manadotoday.com/ 28 Juni 2010

Kakas Today – Keadaan Danau Tondano, salah satu aset dan sumber mata pencaharian masyarakat Minahasa semakin memprihatinkan. Pasalnya, dalam jangka waktu 10 tahun terakhir ini, Danau Tondano mengalami pendangkalan yang sangat parah disebabkan menjalarnya tanaman eceng gondok.“Meski para nelayan diuntungkan hasil tangkapan mereka berlimpah karena eceng gondok, tapi keadaan danau semakin parah,” tutur Youke Tawalujan warga Desa Kaweng Kec Kakas.

Oknum kepala jaga (pala) ini juga menambahkan, ada beberapa tempat yang dulunya bagian dari danau sekarang sudah berubah menjadi rawa-rawa.

Memang, beberapa waktu silam, Pemkab Minahasa melakukan kegiatan pembersihan Danau Tondano secara besar besaran.

Namun aksi tersebut sia-sia dan terkesan setengah hati karena tidak dilakukan secara terus menerus sehingga eceng gondok kembali memenuhi pesisir danau.

Harapan masyarakat yang tinggal di sekitar danau Tondano agar pemerintah dapat secepatnya menanggulangi krisis ini, karena mereka tidak ingin nasib danau Tondano berakhir seperti Danau Limboto. (irwan)

Agustus 2010

Ratusan Rumah di Minahasa Terendam Air, Pemkab Minahasa Terkesan “Cuek”

Sumber: http://swaramanadonews.blogspot.com/ 11 Agustus 2010

TONDANO, suara manadonews (11/08/2010)—Bencana tahunan yang melanda masyarakat Minahasa mulai tampak disejumlah wilayah disaat musim penghujan. Hal ini terpantau jelas untuk beberapa Kelurahan di Kabupaten Minahasa diantaranya kelurahan Kiniar, Kelurahan Tolour dan sebagian kelurahan Roong yang mulai terkena imbas naiknya permukaan air danau tondano dan menyebabkan ratusan rumah terendam air. Data yang diperoleh SuaraManado Kamis (5/8) lalu dari masyarakat sekitar, ketinggian air sekitar 60 sentimeter hingga 1 meter.Berdasarkan pengakuan warga Kelurahan kiniar Jaga 6, Jimmy (48) dan Detje Kamasi, proses terendamnya rumah mereka sudah berlangsung hampir dua minggu lamanya bahkan dari pihak pemerintah kabupaten Minahasa belum melakukan observasi dan memberikan bantuan bagi korban.

Hal senada dikatakan warga Kelurahan Tolour, Freddy Sumarandag dan pak Klereng. Menurut mereka pemerintah kabupaten Minahasa sebaiknya memberikan teguran kepada pihak PLN yang menurut mereka menutup pintu air menuju ke PLTA Tanggari. “Torang kurang ja tidor dengan was-was bahkan so sadia akang rakit for mo jaga-jaga, tolong PLN buka jo sesuai ambang batas dan jika lebih silah kan dibuang airnya untuk proses di PLTA,” kata Sumarandag dan Klereng.

Mereka menjelaskan bahwa dampak negatif yang dihasilkan oleh “banjir” tahunan ini yakni tergenangnya areal persawahan hingga membuat hasil panen terancam gagal.kerusakan fisik rumah dikarenakan terendam air dalam kurun waktu yang cukup lama terutama faktor kesehatan masyarakat dan dijadikan ajang perkembangbiakan nyamuk. “Tolong pemerintah Kabupaten Minahasa lia akang kasiang torang pe keadaan, jang cuma

da sibuk-sibuk urus tu Pilkada kong tu masyarakat Minahasa laeng was-was karena terancam banjir,” sembur keduanya. (raynold)

750 Nelayan Tondano Menganggur Gara-gara Enceng Gondok

Sumber:http://www.tribunnews.com/ 31 Agustus 2010

TRIBUNNEWS.COM, TONDANO – Everd Tombuku (54), warga Kelurahan Ranowangko, Kecamatan Tondano Timur, tidak bisa pergi ke Danau Tondano menangkap ikan sejak empat hari terakhir. Bersama sekitar 750 nelayan lain di bagian hulu, Everd tidak bisa menangkap ikan karena Sungai Tondano telah tertutup enceng gondok.

Pria yang telah bekerja sebagai nelayan sejak 30 tahun silam ini mengatakan, jumlah enceng gondok yang menutupi muara Sungai Tondano sangat banyak. Bahkan tumbuhan hama ini menutupi daerah sungai mulai dari mulut sungai di Danau Tondano sampai jembatan Sam Ratulangi yang berjarak lebih dari satu kilometer.

“Saya tidak bisa pergi ke Danau Tondano untuk menangkap ikan. Lihat saja, bagaimana bisa perahu kami pergi ke danau kalau semua bagian sungai telah tertutup enceng gondok. Tidak hanya di sini, namun sampai ke ujung sungai di Danau Tondano. Kami sangat kesulitan jika keadaan ini terus berlanjut,” ujarnya saat diwawancarai Tribun Manado, Senin (30/8/2010).

Ia melanjutkan, akibat tidak bisa mengkap ikan selama empat hari terakhir, dirinya tidak mendapat penghasilan apa-apa untuk kebutuhan keluarga. Menurutnya, pada hari-hari sebelumnya dirinya bisa mendapatkan penghasilan mencapai Rp 200 ribu per hari dari usaha menangkap ikan. Namun, saat ini dirinya tidak bisa mendapat penghasilan apa-apa.

Nelayan yang tidak bisa menangkap ikan di Danau Tondano berasal dari Kelurahan Tolour, Kiniar, Teler, Roong, Tuutu, Rinegetan, Kuramber, dan Liningaan. Semua kelurahan ini berada di Kecamatan Tondano Timur dan Tondano Barat.

Seorang nelayan lainnya, Marthen (56), mengatakan, kejadian ini baru pertama kali terjadi. Menurutnya, jumlah enceng gondok sangat banyak dan terus bergerak ke arah hilir sehingga areal sungai yang ditutupi enceng gondok semakin panjang. Sebelumnya, kata Marthen, enceng gondok belum sampai ke jembatan Lapangan Sam Ratulangi. Namun, saat ini tumbuhan hama ini semakin banyak dan kemungkinan dalam beberapa hari ke depan bisa mencapai jarak dua kilometer dari danau.

“Kami meminta perhatian pemerintah karena kami tidak tahu harus berbuat apa. Kami juga tidak mungkin mengangkat enceng gondok ini karena jumlahnya sangat banyak. Padahal kantor Bupati Minahasa hanya berjarak sekitar 50 meter dari sungai ini, namun sampai saat ini tidak ada upaya yang dilakukan untuk membantu nelayan,” ujarnya

Akibat kejadian ini, bukan hanya para nelayan yang tidak bisa menangkap ikan di Danau Tondano, namun puluhan masyarakat yang bekerja mengambil rumput untuk pakan ternak di danau tidak bisa beraktivitas.(*)

Oktober 2010

Jaring Tancap Rusak Danau Tondano

Sumber:  04 Oktober 2010

ONDANO- Pendangkalan Danau Tondano terus terjadi. Penyebabnya bukan hanya eceng gondok saja. Tetapi budidaya jaring tancap yang dilakukan masyarakat sekitar pun ternyata memberi sumbangsih pendangkalan salah satu objek wisata itu. Untuk mengantisipasi pendangkalan yang terus terjadi, Pemkab Minahasa dalam waktu dekat akan mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Pengelolaan Danau Tondano. “Selain eceng gondok, pendangkalan pesisir danau salah satunya disebabkan oleh budidaya jaring tancap,”ujar Bupati Vreeke Runtu.

Dicontohkan Runtu, para pembudidaya ikan air tawar yang ada disepanjang Danau Tondano, saat memberi makan ikan dengan keong, biasanya ikan hanya memakan isinya, sedangkan rumah keong tenggelan di dasar danau. Ini yang menyebabkan terjadinya pendangkalan di pesisir danau.

“Untuk pembudidaya ikan dengan menggunakan jaring tancap kedepan mungkin sudah tidak diperbolehkan lagi bila sudah ada Perda. Pemerintah akan berupaya memberi bantuan untuk membuat jaring apung yang lebih praktis dan tidak akan menyebabkan pendangkalan danau,”tegas Vreeke.

Kadis Perikanan dan Kelautan Minahasa sendiri Ir Dolvi Wowiling, ketika dikonfirmasi koran ini beberapa waktu lalu membenarkan kalau pengelolaan jaring tancap menjadi salah satu penyebab pendangkalan danau saat ini. “Kami sedang mengupayakan memberi bantuan kepada para pembudidaya ikan air tawar agar kedepan beralih ke jaring apung,”tegas Wowiling.(ylo/ily)

November 2010

AIR DANAU TONDANO DIDUGA TERCEMAR

Ribuan Ekor Ikan Mati Misterius

Sumber:  http://poskomanado.com/09 November 2010

POSKO,TONDANO— Nelayan yang ada di kawasan Desa Kaweng Kecamatan Kakas dibuat heboh. Pasalnya, Senin (8/11) kemarin, ribuan ekor ikan yang dipelihara di tepi Danau Tondano dengan menggunakan jaring milik sejumlah nelayan, tiba-tiba mati mendadak.

Dari informasi yang dirangkum, para nelayan pemilik jaring ikan awalnya tak mengetahui kejadian tersebut. Kematian ribuan ikan diketahuinya setelah mereka pergi ke danau untuk memberi makan ikan. Tiba-tiba mereka melihat ikan telah mati. Diduga, kematian ribuan ikan milik mereka akibat air danau yang telah tercemar.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BPLH) Ir Alva Montong, yang dikonfirmasi Senin kemarin, mengaku belum mendengar dan menerima laporan tersebut.
“Terus terang saya baru dengan dari kalian berita ini. Sampai saat ini belum ada laporan dari warga,” ungkapnya. Menurutnya, akan diselidiki apa penyebab kematian ikan tersebut.

“Kalau makhluk hidup lainnya di danau juga mati berarti air danaunya tercemar. Kalau tidak mungkin ada penyebab lain. Tetapi akan diselidiki,” tambahnya.

Sementara itu, menurut Anggota Dewan Kabupaten (Dekab) Minahasa Oklan Waleleng, ribuan ikan yang mati di kawasan Desa Kaweng Kecamatan Kakas, diduga akibat air belerang. “Memang sesekali air belerang keluar dari kawasan tersebut. Sehingga ada kemungkinan ikan itu mati mendadak karena air belerang,” tandasnya.

Di tempat terpisah, salah seorang legislator dari Partai Pelopor Yuspita Worang meminta pemerintah melalui dinas terkait untuk segera mengseriusi masalah ini. jika tidak, nelayan yang ada di wilayah pesisir danau akan merugi.

Menurut Worang lagi, di kawasan Desa Kaweng terdapat 80 jaring dan sekitar 3 ton ikan, paling banyak milik edy Mokoginta, satu petak mencapai 450 kg atau sekitar 2000 ikan.

Menyikapi hal ini, Kadis Perikanan Minahasa Dolfie Wowiling ketika dihubungi, mengaku kalau kasus ini sama dengan yang terjadi di tahun 2007 lalu, yakni diduga karena virus herpes koi yang langsung menyerang insang. “Biasanya terjadi akibat panca roba cuaca dari panas ke dingin atau sebaliknya. Dianjurkan segera dijual agar tidak merugi,” tegasnya. (726)

Aktifitas Vulkanik Picu Gelembung Belerang di Dasar Danau Tondano

Sumber:  http://www.tribunnews.com/11 November 2010

Laporan Wartawan Tribun Manado. Lucky Kawengian

TRIBUNNEWS.COM, TONDANO – Fenomena kematian mendadak ratusan ribu ikan di Danau Tondano diduga akibat aktifitas vulkanik gunung berapi. Dugaan tersebut didasarkan pada tingginya kandungan belerang yang umumnya ditemukan di sekitar Desa Kaweng dan Tolimembet.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Minahasa, Dolfie Wowiling saat melakukan peninjauan lokasi beberapa hari lalu mengatakan, dirinya sempat melihat gelembung dipermukaan air. Lokasi keluarnya gelembung yang diyakini sebagai gejala keluarnya gas belerang dari dasar danau berada tidak jauh dari tepi danau, atau tepat disekitar lokasi jaring tancap milik warga.

“Mungkin kejadian matinya ikan milik warga dikarenakan aktifitas vulkanik di daerah tersebut. Gelembung yang saya lihat berada di beberapa titik, namun kami tidak menyentuh apakah air itu hangat atau tidak,” ujarnya.

Sementara itu, Camat Kakas, Dave Malonda mengungkapkan, gelembung gas belerang terlihat muncul di dua titik antara Desa Kaweng dan Desa Tolimembet. Menurutnya, gelembung ini muncul sekitar 10 menit, kemudian menghilang.

“Memang ada cerita masyarakat yang berkembang sejak dahulu bahwa pegunungan Kaweng memiliki kawah yang ada didasar danau. Namun kebenarannya harus dibuktikan lebih dahulu,” ujarnya.

Ribuan Ikan Mati, Warga Rugi Miliaran Rupiah

Sumber: http://www.pacifictv.tv/ 12 November 2010

Kematian ribuan Ikan di Danau Tondano menimbulkan spekulasi yang beragam dari berbagai kalangan bahkan dari Pemerintah sendiri pun sempat mengeluarkan statement tanpa bukti yang kuat, warga yang hidup dari mata pencaharian sebagai petani jaring tancap Karamba dibuat merugi hingga Miliaran Rupiah. Warga pesisir Danau Tondano, beberapa hari yang lalu sempat dikejutkan dengan kematian ribuan jenis Ikan, di pinggiran danau maupun di jaring Karamba tempat warga memelihara Ikan. Seperti yang terlihat di Desa Toulimembet, di mana masing-masing Warga berusaha membersihkan jaring karambanya dari ikan-ikan yang sudah mati, ke jaring lain yang belum terpakai.

Salah seorang Pengusaha jaring tancap Karamba ini, Wenny Wenzen yang juga Hukum Tua di Desa Toulimembet, mengatakan kejadiannya sejak 3 hari yang lalu dimana mulanya air terlihat berwarna seperti teh, semua ikan naik ke permukaan kemudian tenggelam dan keesokan harinya ikan-ikan sudah mengapung, air sudah tercemar karena sudah berbau belerang diduga berasal dari dasar danau, yang menyebabkan kondungan oksigen dalam air berkurang dan menyebabkan ikan-ikan mati.

Beberapa spekulasi yang muncul menyangkut kematian ikan-ikan ini sangat disayangkan warga, karena mempengaruhi pendapatan dari hasil menjual ikan, menurut warga saat ikan mati lemas masih bisa dikonsumsi. Warga pun sempat menyayangkan sikap Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, Dolfi Wowiling, yang memberikan pernyataan soal kematian ikan-ikan ini akibat virus herves koi yang belum diuji dan dipastikan kebenarannya.

Dari data yang diperoleh Pacific TV, sekitar 350 jaring terkena musibah ini, 1 jaring bisa menghasilkan ikan seberat 500 kg, sedangkan harga jual bisa mencapai 8 Juta sekali panen, artinya warga pemelihara ikan yang tergolong dalam beberapa kelompok tani pemelihara ikan ini merugi hingga Miliaran Rupiah.

Rocky Paat melaporkan dari Kabupaten Minahasa

Semburan Belerang di Danau Tondano, 12 Ton Ikan Tondano Mati dalam Semalam

Sumber: http://www.tribunnews.com/ 12 November 2010

Laporan Wartawan Tribun Manado, Lucky Kawengian

SUASANA tenang di Desa Tolimembet, Kecamatan Kakas, Senin (8/11/2010) berubah drastis. Sepanjang jalan utama di tepian Danau Tondano tercium bau amis yang menyegat. Disamping jalan, puluhan orang tampak sibuk mengangkat karung plastik berisi ikan kedalam mobil bak terbuka.

Hanya beberapa puluh meter dari batas perkampungan, seorang pria terlihat duduk di tepi danau. Sesekali, pria yang mengenakan kaos lengan panjang berwarna cokelat ini berdiri mengamati puluhan jaring tancap tempat memelihara ikan mas dan mujair. Tanpa peduli rintik hujan yang membasahi tubuhnya, pria ini hanya terus menatap kosong kearah danau.

Maydi Paulus (36), seolah meratapi nasib karena usaha peternakan ikannya merugi. Hanya dalam beberapa jam, hasil jerih payah selama tiga bulan terakhir menguap tanpa sisa. Tanpa terasa, tetesan air mata jatuh kepipinya bersama rintik hujan yang kian deras.

Pukulan ini sangat dirasakan oleh Maydi. Bagaimana tidak, sekitar 12 ton ikan mujair dan mas usia empat bulan yang sebentar lagi akan dipanen mati mendadak hanya dalam waktu satu malam. Jika diperhitungkan, total kerugian yang dideritanya mencapai lebih dari Rp 25 juta.

“Kalau mau jujur, saya merasa ingin mati saja. Usaha saya hampir bangkrut. Semua ikan yang siap dijual mati tak tersisa. Lihat saja ikan-ikan ini. Kalaupun bisa dijual, harganya pasti akan sangat rendah,” ujarnya sambi menunjuk tumpukan ikan yang belum dibersihkan.

Sementara itu, tepat dipinggir danau, beberapa kerabat Maydi sedang membersihkan sisik dan isi perut ikan yang telah mati. Saking banyaknya ikan yang dibersihkan, isi perut ikan harus ditampung pada tiga ember berukuran besar.

Sambil terus meratapi kemalangannya, Maydi hanya bisa menggantungkan harapan perputaran modal usahanya pada tumpukan ikan yang ada dihadapannya. Ribuan kilogram ikan ini memang masih bisa dijual, namun harga jualnya dipastikan akan turun drastis. Jika dalam keadaan normal, harga jual ikan mujair atau mas adalah Rp 20 ribu per kilogram. Namun saat ini untuk mencapai harga Rp 10 ribu per kilogram sangat sulit.

“Dalam jaring saya masih ada ikan-ikan yang masih kecil. Tapi mungkin akan kesulitan diberi makan. Tidak mungkin saya mengorbankan keluarga saya hanya untuk memberi makan ikan-ikan kecil ini. Keluarga saya juga butuh makan,” ujarnya.

Fenomena matinya puluhan ribu ikan yang dialami Maydi juga dialami puluhan peternak ikan di Desa Kaweng, Tounelet, Paslaten, dan Tolimembet. Namun dari semua desa itu, hanya peternak ikan di Desa Tolimembet yang merasakan dampak paling besar. Bahkan seorang peternak ikan di desa itu harus merelakan ikan siap panen di 80 jaring tancap habis tak tersisa.

Fenomena tahunan ini awalnya terjadi Minggu (7/11/2010). Saat itu, ribuan ikan di Desa Kaweng mendadak mati. Para peternak di desa tersebut terkejut saat hendak memberi makan pada pagi hari mendapati sebagian besar ikan telah mengapung dipermukaan air.

Keesokan harinya, fenomena ini menyerang peternakan ikan di Desa Tolimembet yang hanya berjarak sekitar tiga kilometer kearah utara dari Desa Kaweng.

Dinas Perikanan dan Kelautan Bantu 32 Jaring Apung dan Bibit Ikan

Manado Post, 14 November 2010

Sumber: http://www.minahasa.go.id/

TONDANO- Untuk membantu para pembudidaya ikan yang ada di Danau Tondano, lebih khusus bagi pembudidaya yang ada di Desa Kaweng dan Toulimembet, Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Minahasa dalam waktu dekat ini bakal memberi bantuan berupa 32 jaring apung dan bibit ikan.

Menurut Kadis Perikanan dan Kelautan Minahasa Ir Dolfie Wowiling, pemberian bantuan berupa jaring apung kepada 32 kelompok pembudidaya yang ada di Minahasa, agar para pembudidaya sudah bisa menggunakan jaring apung dan tidak lagi berharap pada jaring tancap.

Para pembudidaya ikan di Kaweng dan Toulimembet, yang belum lama ini mengalami kerugian ratusan juta, juga bakal mendapatkan bantuan dari DPK, berupa jaring apung dan bibit ikan, tegas Wowiling. Disinggung kapan bantuan jaring apung dan bibit ikan akan diberikan? Menurut Wowiling, bantuan akan diberikan awal Desember. “Untuk pengadaan 32 jaring apung sendiri, Pemkab mengalokasikan anggaran sebesar Rp350 juta sedangkan untuk pengadaan bibit sebesar Rp250 juta,” ujar Wowiling.

Di tempat terpisah salah satu pembudidaya ikan di Desa Toulimembet J. Mogonta kepada wartawan koran ini, berharap Pemkab dalam hal ini DPK dapat memberikan perhatian lebih kepada para pembudidaya di Kecamatan Kakas yang saat ini benar-benar terpuruk. (ylo/myw) (Sumber : Manado Post)

BRI Selidiki Penyebab Kematian Ikan di Danau Tondano

Tribun Manado, 18 November 2010

Sumber: http://jaton.forummotion.com/

MANADO, TRIBUN-Sejumlah pengusaha budidaya ikan air tawar di Kecamatan Eris dan Kakas, Kabupaten Minahasa, mulai kelimpungan. Mereka mengaku kebingungan membayar utang ke perbankan menyusul lenyapnya pendapatan akibat mati mendadaknya ikan budidaya mereka di Danau Tondano, belum lama ini.

Mereka juga mulai mengkhawatirkan kelangsungan usaha budidaya ikan lantaran kehabisan modal, dan masih ada tanggungan mengangsur utang. Karenanya, mereka meminta kalangan perbankan dapat meringankan usaha mereka dengan memperpanjang masa angsuran utang, atau meringankan cicilan bunga kredit.
“Saya meminjam modal di BRI sebesar Rp 50 juta. Kalau keadaan seperti ini, saya sangat kesulitan membayar kredit di bank,” ungkap Jotty Adam, pengusaha budidaya ikan mujair dan mas di Desa Eris, Kecamatan Eris, Rabu (17/11). Dia berharap, pihak bank dapat memperpanjangan jangka waktu kredit. “(Atau) kalau bisa kami diberika keringanan bunga kredit,” pintanya.

Apalagi, dirinya setiap bulang harus mengangsur kredit Rp 5 juta perbulan. Terpisah, Pemimpin Wilayah BRI Sulut, Andi Eko Putro menyatakan, pihaknya belum bisa memutuskan jawabannya. Pasalnya, pihaknya perlu mengkaji dulu persoalan yang terjadi, termasuk ada tidaknya kerugian akibat kondisi alam (force majeure). Kendati demikian, BRI katanya tetap berusaha mengupayakan usaha budidaya tetap berjalan.

“Nanti kita kasih kalau itu memang force majeure akibat alam,” jelasnya seraya menyebuk skema keringanan kredit seperti rekondisi utang, dan sebagainya. BRI juga akan mengkajinya kasus perkasus sebelum merumuskan kebijakan kepada kalangan pengusaha budidaya ikan itu. “Kita juga lihat kinerja kreditnya,” tegasnya.

Informasi yang terhimpun, kejadian seperti itu menurut sejumlah kalangan terjadi setiap tahun, yakni akibat rano yapo. Selain meminta keringanan kredit, sejumlah kalangan pengusaha budidaya lainnya juga meminta kemungkinan suntikan tambahan modal. Apalagi modal perbankan memang sangat membantu.

“Sampai bulan lalu, kami tidak pernah kesulitan membayar kredit bank. Tapi bulan depan kami tidak punya uang membayar kredit. Kami hanya minta perhatian bank agar mengerti kondisi yang kami hadapi,” ucap Lexi Gerung, pengusaha budidaya ikan, sembari menambahkan, setidaknya perlu enam bulan agar kembali pulih.

Anggota DPRD Minahasa, Oklen Waleleng juga ikut berkomentar. Menurutnya, perbankan perlu memperhatikan keluhan mereka. Apalagi kata Waleleng, usaha budidaya ikan memberikan keuntungan yang menjanjikan, yakni bisa memanen ikan setiap minggu. Akibat mati mendadaknya puluhan ton, mereka mengaku rugi setidaknya Rp 1,5 miliar.

“Jika diuangkan, kemungkinan total kerugian lebih dari Rp 600 juta. Dari data kami, ikan-ikan yang mati berasal dari sekitar 150 petak jaring tancap. Kerugian bisa diminimalisir karena mereka memaksakan menjual ikan walau tidak segar lagi,” kata Dave Malonda, Camat Kakas, belum lama ini.

Jika dikumpulkan ikan yang mati mencapai 300 ton hanya di Kecamatan Kakas. Padahal, kejadian serupa juga dialami pengusaha budidaya di Kecamatan Eris. Malonda menduga kematian akibat kandungan belerang dari Desa Kaweng yang menyebar ke mana-mana, termasuk ke Kecamatan Eris. Di Kecamatan Eris kerugian menurut Hukum Tua Desa Eris, Dedy Tumarar, lebih besar ketimbang di Kakas.

Katanya, di Desa Eris dan Tandengan, kerugian jika diungkan lebih dari Rp 800 juta.

Kematian Ikan Danau Tondano Faktor Musim

Sumber: http://manado.antaranews.com/ 18 November 2010

Manado, (Antaranews) – Tim ahli kesehatan ikan dan lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan(DKP) Sulawesi Utara(Sulut) memastikan kematian ribuan ikan di Danau Tondano milik pembudidaya di tiga desa, karena faktor musim.

“Hasil pemantauan tim ahli menyebutkan kematian ikan milik pembudidaya di desa Eris, Kakas dan Tandengan, berlokasi di kawasan Danau Tondano, Kabupaten Minahasa, hampir terjadi setiap tahun terutama di saat pergantian musim,” kata Kepala DKP Sulut, Joy Korah di Manado, Kamis.

Jadi kematian ikan tersebut, kata Joy, bukan karena adanya gerakan magma di dasar danau seperti yang diisukan segelintir orang, melainkan murni karena faktor alam.

“Ketika terjadi pergantian musim suhu air di dasar danau dan permukaan berbeda sangat signifikan, disaat tertentu maka semua bahan organik di dasar danau naik ke atas, dan hal ini yang meracuni semua ikan yang dibudidaya petani,” kata Joy.

Kepala Bidang Budidaya DKP Sulut, Erny Tumundo, mengatakan, naiknya berbagai jenis bahan organik di dasar danau tersebut secara perlahan membuat tingkat gas H2S tinggi, hal ini yang meracuni ikan yang dipelihara pembudidaya.

Erny mengatakan, kejadian yang terjadi pada tahun 2010 ini, tidak bisa dihindari pembudidaya karena kondisi cuaca di Sulut dalam beberapa bulan belakangan ini sangat ekstrim.

“Kondisi iklim yang sangat ekstrim ini menyulitkan petani menerka apakah saat ini sudah terjadi pergantian musim atau tidak, akibatnya petani tetap memelihara ikan sehingga saat gas H2S tinggi banyak ikan yang mati,” kata Erny.

Berbagai jenis ikan nila, mujair, ikan mas dan lainnya yang dipelihara petani di desa Eris, Tandengan dan Kakas, mati mendadak pekan lalu mengakibatkan kerugian cukup besar pada petani.

Matinya ikan secara mendadak di tiga desa di danau Tondano yang terjadi bersamaan dengan meletusnya Gunung Merapi, sempat memunculkan isu pada masyarakat Tondano Minahasa bahwa ada gunung berapi di dasar danau yang sedang mengeluarkan gas.

Kematian Ikan di Tondano

Tribun, 23 November 2010

Sumber:   http://www.vaksinikan.com/

TRIBUN, TONDANO – Kematian ratusan ton ikan mujair dan mas di Kecamatan Kakas dan Eris beberapa waktu lalu bisa disebabkan peristiwa oksigenisasi.

Pernyataan tersebut diungkapkan pemerhati lingkungan Minahasa, Maydi Tinangon. Dirinya menjelaskan, peristiwa oksigenisasi adalah kondisi kandungan oksigen yang terlarut dalam air danau sangat sedikit. Menurutnya, kondisi ini disebabkan dekomposisi bahan organik yang menggunakan oksigen.

Tinangon yang juga adalah akademisi bidang lingkungan menjelaskan, beberapa waktu lalu dirinya melakukan penelitian terkait ekosistem Danau Tondano. Dalam penelitian tersebut, dirinya mendapati populasi ganggang atau alga di danau sangat padat. Ganggang yang berwarna hijau bisa dilihat dengan mata telanjang, dan menyebabkan warna air danau menjadi hijau.

“Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, terdapat sekitar 240 vitoplanton dalam satu mililiter air. Jumlah ini sangat banyak dan diatas angka normal. Secara sederhana, kandungan oksigen dalam air menjadi sangat kurang saat ganggang ini mati. Untuk terurai, ganggang membutuhkan oksigen. Semakin banyak ganggang yang terurai, semakin banyak pula oksigen yang digunakan. Akibatnya, ikan akan kesulitan bernafas,” ujarnya saat diwawancarai Tribun Manado, Selasa (23/11/2010).

Lebih lanjut Tinangon menambahkan, selain bisa disebabkan ganggang, oksigenisasi juga bisa disebabkan peristiwa dekomposisi sisa pakan ternak dan sisa-sisa enceng gondok yang menumpuk.

“Apa yang saya jelaskan masih merupakan spekulasi, karena butuh penelitian. Langkah paling tepat untuk dilakukan adalah memeriksa sample air danau sehingga dapat diketahui secara pasti penyebab kemarian ratusan ton ikan di Danau Tondano,” ujarnya.

Sementara itu, Pemkab Minahasa terkesan tidak memperhatikan fenomena yang menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah ini. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Manado di kantor Badan Penanggulangan Lingkungan Hidup ( BPLH) Minahasa, sampai saat ini belum ada penelitian yang khusus dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian ikan di Danau Tondano.

“Sampai saat ini belum ada penelitian di Danau Tondano. Saya juga belum pernah mendengar pimpinan berencana melakukan pemeriksaan air danau,” ujar seorang staf di kantor BPLH Minahasa

Sebelumnya berbagai spekulasi berkembang terkait penyebab kematian ikan di Danau Tondano. Warga mengatakan, ikan-ikan itu mati karena tingginya kandungan belerang di sekitar Kecamatan Kakas dan Remboken. (luc)

Eceng Gondok Penuhi Danau Tondano

Sumber: http://www.pacifictv.tv/ 24 November 2010

Danau Tondano kembali dipenuhi Eceng Gondok. Wargapun berharap pihak terkait baik Pemerintah. Maupun Akdemisi dapat melakukan suatu hal yang bisa menghilangkan Eceng Gondok selamanya dari lokasi Danau. Eceng Gondok yang beberapa kali dijanjikan Pemerintah bakal hilang dari permukaan Danau Tondano dan sekitarnya, ternyata penyebarannya makin menggila saja. Warga maupun Aparat setempat berharap agar perhatian lebih serius lagi dari Pemerintah Kabupaten maupun Propinsi dalam menangani Eceng Gondok. Seperti diutarakan Hukum Tua Desa Toulimembet. Wensy Wenzen. Menurutnya memang beberapa waktu lalu sudah sempat diberikan bantuan.

Tapi penanganan tidak maksimal. Hanya dilakukan desa toulimembet yang memang mendapat dana tambahan khusus penanganan eceng gondok. Hal yang sama diutarakan Samuel Rawung. Menurutnya penanganan yang tidak serempak menyebabkan penyebaran tetap saja tidak maksimal. Perlu ada penanganan khusus terhadap tumbuhan yang sudah meresahkan Warga karena mengganggu aktivitas Warga sekitar Danau.

Ditambahkannya selain Pemerintah pihak akademisi dapat juga melakukan riset. Untuk membuat suatu formula khusus yang bisa menghilangkan Eceng Gondok hingga tuntas. Dari pantauan Pacific TV Sebagian besar area Danau Tondano memang sudah ditutupi Eceng Gondok. Wargapun terlihat sulit mencapai pinggiran Danau apabila menggunakan Perahu. Sehingga beberapa Warga berusaha membersihkan Eceng Gondok seadanya dengan parang ataupun dicabut menggunakan tangan.

Rocky Paat melaporkan dari Kabupaten Minahasa

Pihak Terkait Diminta Perhatikan Warga Pinggiran Danau

Sumber: http://www.pacifictv.tv/ 24 November 2010

Paska matinya ribuan ikan di Danau Tondano khususnya di Wilayah Kecamatan Eris maupun Kakas. Ternyata sampai saat ini belum ada perhatian dari pihak Pemerintah. Beberapa bantuan yang sudah dijanjikan sampai saat ini ternyata belum terealisasi. Matinya ribuan ekor ikan di Pinggiran Danau Tondano. Yang diduga akibat munculnya Belerang dari Dasar Danau Tondano masih menyisakan masalah. Desa Toulimembet yang sebagian besar Warganya hidup dari hasil memelihara Ikan di jaring apung mengharapkan perhatian dari pihak terkait.

Menurut Hukum Tua Desa Toulimembet, Wensy Wenzen sampai saat ini belum ada satupun bantuan yang diberikan oleh pihak Pemerintah Kabupaten maupun Propinsi. Benih Ikan maupun pinjaman modal belum diterima Warga, bahkan terkesan Pemerintah Kabupaten maupun Bank Pemerintah yang tidak pernah terlihat bahkan sulit untuk dihubungi.

Ditambahkan Wenzen, selain Pemerintah juga pihak Bank, Para Akademisi pun diharapkan bisa melakukan penelitian terhadap wilayah seputaran Danau yang menyebabkan matinya ribuan Ikan. Oleh warga diakui kejadian ini berlangsung setiap tahunnya. Dan kejadian minggu kemarin adalah yang terparah. 3 tahun sebelumnya hal serupa pernah terjadi tapi tak separah tahun ini.

Rocky Paat melaporkan dari Kabupaten Minahasa

Ratusan Ton Ikan Mati Di Danau Tondano,  Peternak Rugi Rp 6 Miliar

Sumber:http://www.suarapembaruan.com/ 25 November 2010

[MANADO] Kerugian peternak akibat ratusan ton ikan mati di Danau Tondano di Kabupaten Minahasa pekan lalu, karena belerang dan gas beracun dari dasar Danau mencapai Rp 5 hingga Rp 6 miliar.

”Kami sudah melakukan perhitungan bersama tim dari Kabupaten Minahasa, ternyata banyak kerugiannya,”Kata Ir Joy Korah MSi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut kepada SP Kamis (25/11) di Manado.

Hasil penelitian Badan Pengendalian Lingkungan Hudup (BPLH) Sulut bersama dengan tim penelitian dari Pusat Studi Lingkungan Universitas Negeri Manado menyebutkan, akibat belerang dan gas yang muncul dari dasar Danau. Sebab, daerah tersebut memiliki daerah vulkanologi.”Jadi memang ada belerang, ”kata Olvie Ateng Kepala BPLH Sulut kepada SP.

Joy Korah mengatakan, pihaknya berharap kepada perbankan, yang memberikan kredit kepada peternak, harus meringankan pengembalian, karena ini musibah yang tidak diduga sebelumnya. ”Jadi mohon bank harus mengerti dengan kondisi ini, ”katanya. [136]

Penebangan Pohon Penyebab Utama Pendangkalan Danau Tondano

Sumber: http://beritamanado.com/30November 2010

Danau Tondano (Foto BM)

MANADO – Danau Tondano telah mengalami pendangkalan yang cukup signifikan. Banyaknya tanaman eceng gondok yang menyerang semakin memperparah kondisi danau yang terletak di kabupaten Minahasa ini.

Pemerintah Ceko menggagas program penyelamatan Danau Tondano. Ketua tim penyelamatan KP Kucera, Senin (29/11), melakukan sosialisasi pelestarian ekosistem Danau Tondano bersama Pemkab Minahasa.

Menurut Kucera, Danau Tondano seluas 4.782 hektare sebelumnya memiliki kedalaman 40 meter, namun sekarang kedalamannya tinggal 12 meter. “Danau Tondano harus diselamatkan, kalau tidak mulai dari sekarang maka mungkin nanti Danau Tondano tinggal kenangan,” ujarnya.

Menurutnya lagi, penyebab utama pendangkalan adalah penebangan pohon disekitar danau yang telah berlangsung lama.

Danau Tondano Bisa Ditutupi Sendimen

Sumber: http://www.pacifictv.tv/ 30 November 2010

Perusahaan Mac Donald Praha Asal Negara Republik Ceko, siap danai rehabilitasi Danau Tondano, bukan saja menghijaukan area lahan sekitar Danau, tapi Warga sekitar Danau pun akan ditingkatkan perekonomiannya melalui tanaman yang ditanam, termasuk Eceng Gondok yang memenuhi danau. Hal ini terungkap dalam pertemuan yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten Minahasa melalui Badan Penanaman Modal, yang digelar di ruang rapat Pemkab Minahasa.

Salah satu Perusahaan Asal Republik Ceko, menurut Kepala Badan Penanaman Modal, Debby Bukara telah memulai ker jasamanya sejak tahun 2008 dengan menanam tanaman untuk penghijauan di lahan Warga yang dilakukan oleh Warga di seputaran Gunung Makalonsouw, di lahan seluas 43 Hektar.

Dari presentasi Ketua Tim Mac Donald Praha Piter Kucera, saat ini kedalaman Danau hanya mencapai 12 Meter padahal awalnya mencapai 40 Meter, ini berpotensi danau bisa menjadi daratan karena ditutupi sendimen dalam 37 tahun mendatang. Ketua Komisi II Dewan Kabupaten Minahasa, Aldi Simbar, yang hadir bersama seluruh Anggota, sangat mendukung kegiatan ini menurutnya negara luar saja peduli dengan pelestarian Danau apalagi Masyarakat Minahasa.

Bersama kucera hadir pula, MR Lubomir Salek, yang membawakan materi pelestarian hutan, serta Katarina Halamova yang membawakan materi pemanfaatan tanaman sekitar danau dan hutan.

Eceng Gondok Menjadi Perhatian Warga Ceko

Sumber:  http://www.pacifictv.tv/ 30 November 2010

Eceng Gondok tidak dapat dihilangkan dari Danau hingga saat ini, berbagai cara telah dilakukan baik Warga maupun Pemerintah, hal ini mengundang perhatian Ilmuwan asal Republik Ceko, yang siap memberikan solusi penggunaan Eceng Gondok, yang bisa dijadikan komoditi yang bisa dijual hingga ke manca negara. Bukan saja terkenal karena jaring tancap, ikan, restoran ataupun keindahannya, Danau Tondano juga tidak lepas dari ketenaran Eceng Gondok, yang saat ini hampir memenuhi area Danau. Eceng Gondok yang selalu dikeluhkan Warga karena penyebarannya yang cepat hingga menjadi objek olahraga untuk dibersihkan setiap minggunya, oleh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten, padahal Eceng Gondok ini sempat menjadi materi kampanye yang dijanjikan bakal hilang dari permukaan Danau saat terpilih. Bukan saja Warga Minahasa yang kerap memberi perhatian terhadap Eceng Gondok, kali ini Warga Asal Republik Ceko, telah melakukan berbagai hal, bahkan melakukan penelitian khusus terhadap Eceng Gondok.

Seperti diutarakan Katarina Halamova, yang juga peneliti asal Universitas Pertanian Praha, di mana menurutnya Eceng Gondok dapat diolah melalui suatu proses, menjadi biogas sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak Tanah yang mulai langka saat ini. Selain bisa diolah menjadi Biogas, menurut Katarina, Eceng Gondok juga bisa dijadikan Handy Craft, atau kerajinan tangan, yang diminati di Benua Eropa, untuk satu set Meubel dari bahan Eceng Gondok ditemui Katarina di Eropa, dijual hingga seharga 120 Dolar satu satu setnya. Selain Eceng Gondok, Katarina juga memaparkan, beberapa tanaman lain yang menunjang ekonomi Rakyat, sekaligus sebagai tanaman penghijauan seperti tanaman jarak dan pohon aren.

Rocky Paat melaporkan dari Minahasa

Desember 2010

Basmi Eceng Gondok, 2,3 M Disiapkan Pemkab

Sumber: http://poskomanado.com/13 December 2010

POSKO,TONDANO— Masalah eceng gondok di Danau Tondano, mendapat perhatian serius pemerintah. Untuk mengatasinya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa telah menyiapkan anggaran sebesar Rp2,3 miliar, yang ditata dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2011.

Anggaran miliaran rupiah itu, direncanakan untuk pengadaan kapal pengeruk, untuk memberantas eceng gondok yang tumbuh di permukaan danau.

“Memang dalam APBD 2011, telah dianggarkan Rp2,3 miliar untuk membeli kapal pengeruk eceng gondok,” ungkap Bupati Minahasa Stefanus Vreeke Runtu (SVR), Jumat (10/12) kemarin. Diharapkan Runtu, kapal pengeruk tersebut dapat membersihkan eceng gondok, yang terus menyebar, menutupi permukaan Danau.

Dewan Kabupaten (Dekab) sendiri sangat merespon rencana pemerintah untuk menyelamatkan ekosistem di Danau, dengan membasmi eceng gondok.

“Kalau ada swasta yang ingin membantu menyelamatkan Danau Tondano dari eceng gondok, kami sangat mendukung,” ungkap Wakil Ketua Dekab Minahasa Janes Parengkuan, Jumat kemarin.(726)

PLN Tanam 5.000 Pohon di DAS Tondano

Sumber:http://www.sulutnews.net/ 17 December 2010

Tondano, Sulutnews.net – Pihak PT. PLN mewujudkan Program Penanaman 1 Miliar Pohon yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dengan melakukan penanaman sebanyak 5.000 pohon di sekitaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, Rabu (8/12).

Perealisasian program peduli lingkungan ini ditandai dengan penanaman bibit pohon secara simbolis oleh Direktur PLN Operasi Indonesia Timur Ir. Vickner Sinaga, MM, di hulu sungai Kelurahan Roong, Tondano.

Sinaga mengatakan, melalui kunjungan penanaman pohon ini akan lebih meningkatkan hubungan antara PLN dengan Pemkab Minahasa dalam penanganan kelestarian lingkungan khususnya di wilayah Danau Tondano.

“PLN juga bias bermitra untuk penanganan eceng gondok dan teknisnya akan dibicarakan lebih lanjut. “ tambahnya didampingi Asisten II Setkab Minahasa Wilford Siagiaan, Manager PT. PLN (Persero) Wilayah Suluutenggo Ir. Wirabumi Kaluti, dan lainnya.

Selain DAS Tondano, penanaman pohon juga akan dilakukan di PLTA Tonsea Lama, PLTA Tanggari I, dan PLTA Tanggari II. (rm)

Leave a comment